Cekfakta
Minggu, 21 Januari 2024 - 20:15 WIB

Cek Fakta Debat Cawapres, Mahfud MD: Food Estate di Indonesia Gagal, Rugi Dong

Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Cawapres nomor urut 3 Pilpres 2024 Mahfud MD saat memberikan sambutannya di debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu (21/1/2024). (Istimewa/Tangkapan Layar)

Solopos.com, SOLO — Cawapres nomor urut 3 Pilpres 2024 Mahfud MD dalam sambutannya di debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu (21/1/2024), menyebut bahwa food estate di Indonesia gagal.

Food estate adalah konsep pengembangan pangan terintegrasi yang meliputi pertanian, perkebunan, dan peternakan di sebuah kawasan. Food estate termasuk salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.

Advertisement

Tak hanya itu, menurut Mahfud MD, dalam proyek food estate, pemerintah tak terlihat melakukan langkah-langkah untuk menjaga kelestarian lingkungan. 

“Maka kami punya program petani, di laut jaya, nelayan sejahtera. jangan seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang bener aja, rugi dong kita,” ucapnya.

Advertisement

“Maka kami punya program petani, di laut jaya, nelayan sejahtera. jangan seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang bener aja, rugi dong kita,” ucapnya.

Menurut Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) Masitoh Nur Rohmah, pernyataan Mahfud MD tersebut adalah benar.

Menurutnya, food estate yang dilaksanakan mulai 2020 di Kalimantan Tengah dengan luas 30.000 hektare dari bekas proyek lahan gambut dapat dinyatakan gagal karena berbagai faktor:

Advertisement

(2) masih gagalnya implementasi kegiatan skema ekstensifikasi di kawasan pertanian yang tidak berjalan maksimal; 

(3) pembukaan lahan yang dilakukan oleh pemerintah masih belum siap untuk ditanam karena masih banyak kayu dan akar yang tidak dibersihkan; 

(4) masih banyak saluran air tidak dibuat untuk jalur irigasi pertanian; 

Advertisement

(5) tidak melibatkan masyarakat terkait pembangun an food estate sehingga masih banyak informasi yang terlewat dan kurangnya partisipasi dari masyarakat. 

Hal senada juga disampaikan Peneliti Sajogyo Institute, Kiagus Muhamad Iqbal yang menyebut menurut laporan BBC Indonesia (2023), food estate di Kalimantan Tengah mengalami kegagalan. 

“600 hektare perkebunan singkong mengalami gagal panen, dan 17.000 hektar sawah baru tidak panen juga. Kegagalan diakibatkan perencanaan yang terlalu elitis hingga tidak ada partisipasi (bahkan terjadi penolakan) dari masyarakat,” ungkapnya.

Advertisement

Pernyataan juga dibenarkan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran (Unpad), Viktor Primana. 

Viktor mengatakan beberapa perkebunan pangan skala besar yang didirikan oleh pemerintah Indonesia di bawah program food estate dilaporkan telah ditinggalkan. 

Investigasi lapangan pada 2022 dan 2023 menemukan semak liar dan ekskavator yang ditinggalkan di lahan yang telah dibuka untuk singkong  dan padi di provinsi Kalimantan Tengah. 

“Para aktivis mengatakan kegagalan program ini sudah terlihat sejak awal, karena kurangnya penilaian dampak yang dilakukan sebelum memilih lokasi dan membuka hutan untuk tanaman yang tidak

cocok dengan tanah,” tulisnya.

Program ini mencerminkan Mega Rice Project pada pertengahan 1990an, yang gagal meningkatkan hasil panen dan menyebabkan kerusakan luas pada lahan gambut kaya karbon.

 

Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen, Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia, Cekfakta.com bersama 18 media di Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif